Serangan ke Lapas Cebongan menambah catatan hitam Komando
Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Sebelumnya pada tahun 1998, Kopassus juga
disorot karena menculik para aktivis.
Tak selalu prajurit Kopassus bikin onar, masih ada sederet prestasi Kopassus
yang layak diacungi jempol. Kopassus adalah peringkat tiga besar pasukan
terbaik dunia, bersama Special Air Service (SAS) Inggris dan pasukan elite
Israel.
Soal kemampuan prajurit Kopassus, tak diragukan lagi. Reputasinya di medan
tempur juga sudah teruji lewat berbagai operasi militer sejak awal negara ini
berdiri. Mulai dari menumpas DII/TII, hingga ikut operasi pembebasan sandera
awak kapal Indonesia di Somalia.
Pasukan baret merah ini memiliki pataka Tribuana Chandraca Satya Dharma.
Artinya prajurit setia yang mampu bertempur di darat, laut dan udara.
Berikut prestasi yang ditorehkan Kopassus.
1. Operasi pembebasan sandera Woyla
28 Maret 1981, lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan
mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis 'Komando Jihad'.
Mereka membajak pesawat DC-9 Garuda Indonesia dan memaksa bandara Woyla
Thailand.
Drama pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla tersebut berlangsung empat hari di
Bandara Don Mueang Bangkok dan berakhir pada tanggal 31 Maret setelah serbuan
kilat Grup-1 Para-Komando yang dipimpin Letnan Kolonel Infanteri Sintong
Panjaitan. Dengan heroik, pasukan komando menyerbu ke dalam pesawat.
Pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante, dan Achmad Kirang, salah satu
anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal dalam baku tembak yang
berlangsung selama operasi kilat pembebasan pesawat tersebut.
Aksi Kopassus membebaskan seluruh sandera, tanpa ada yang tewas mendapatkan
pujian dunia.
2. Membebaskan sandera di Mapenduma
Organisasi Papua Merdeka menyandera sekelompok ilmuwan Tim Ekspedisi Lorentz di
belantara Papua. Pasukan TNI di bawah Danjen Kopassus Mayjen Prabowo Subianto
bergerak untuk membebaskan mereka.
Para sandera ditahan selama 130 hari. Awalnya TNI berusaha membebaskan dengan
cara persuasif, tetapi perundingan berjalan buntu. TNi pun menggelar operasi
militer.
Pasukan Kopassus dibantu pasukan pendukung dari Kostrad dan Kodam Cendrawasih
mengejar para penyandera. Lebatnya hutan menyulitkan pasukan, apalagi OPM
sangat menguasai medan.
Akhirnya dalam baku tembak, TNI berhasil membebaskan sandera. Namun, 2 dari 11
sandera ditemukan tewas, Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi
dan Navy W. Th. Panekenan, seorang peneliti biologi.
Walau begitu, prestasi Kopassus langsung diakui dunia sebagai salah satu
pasukan elite dunia.
3. Merah Putih di puncak tertinggi dunia
"Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar. Komando!" teriakan itu
menggema di ketinggian 8848 meter di atas permukaan laut. Pratu Asmujiono,
langsung melepas masker oksigen dan mengibarkan bendera merah putih. Tak lupa
prajurit Kopassus itu mengenakan baret merah kebanggaannya.
Pratu Asmujiono, Sersan Misirin dan Lettu Iwan Setiawan, ketiganya tercatat
sebagai anggota militer Asia Tenggara yang mencapai puncak Gunung Everest.
Tim Kopassus sampai ke Puncak Everest Sabtu 26 April 1997 pukul 15.25 waktu
Nepal. Keberhasilan ini membuat nama Kopassus makin diakui dunia.
4. Menangkap komandan gerilya Fretelin
Tanggal 20 November 1992, Satgas Kopassus berhasil menangkap komandan
gerilyawan Fretelin Xanana Gusmao di Dili Timur, Timor Timur. Saat itu Xanana
bersembunyi di bawah lemari yang berlubang.
Ketika itu Xanana Gusmao menjadi simbol perlawanan Timor Timur. Dia jadi
buronan nomor satu tentara Indonesia.
Tim Kopassus yang menangkap Xanana terdiri dari 22 orang. Saat ditangkap,
Xanana tak memberikan perlawanan. Dia tersenyum dan mengangkat tangannya.
Panglima TNI Jenderal Try Sutrisno meminta Xanana diperlakukan dengan baik. Tim
penangkap Xanana dianugerahi kenaikan pangkat satu tingkat. Kelak, Xanana
menjadi Presiden pertama Timor Leste.
5. Menemukan blackbox Sukhoi superjet 100
Tim Kopassus tak cuma mengurusi perang, mereka pun terlibat aktif dalam
misi-misi SAR dan kemanusiaan. Saat pesawat Sukhoi superjet 100 jatuh di Gunung
Salak, Bogor, Kopassus pun ikut melakukan pencarian.
Tim Kopassus pula yang membuka jalan dan akhirnya menemukan blackbox Sukhoi.
Saat itu Lettu Inf Taufik dan tim yang menemukan benda yang paling dicari
tersebut.
Dalam tragedi Sukhoi, 45 orang dinyatakan tewas. Pesawat komersil yang sedang
melakukan joy flight ini hancur setelah menabrak tebing.
6. Kisah guru di pedalaman Papua
Kopassus tak cuma terlibat tembak menembak dengan OPM di Papua. Mereka juga
menggelar operasi kemanusiaan di pedalaman.
Karena kekurangan guru, para prajurit ini kebagian tugas mengajar anak-anak.
Mereka menggantungkan senjata dan menggantinya dengan kapur tulis. Tentu bukan
perkara gampang bagi prajurit yang biasa mengejar musuh kini harus sabar dan
telaten mengajari baca tulis anak-anak. Tapi namanya tugas dan kemanusiaan,
semua dilakukan.
Ada juga yang kebagian tugas jadi mantri kesehatan di pedalaman Papua. Bukti
tak semua prajurit senang menyiksa rakyat.
Sumber :
Merdeka